Pada awal April 2025, pasar saham Amerika Serikat mengalami penurunan tajam sebagai respons terhadap kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Kebijakan ini memicu kekhawatiran luas tentang potensi perang dagang global dan dampaknya terhadap perekonomian.
Kebijakan Tarif dan Dampaknya
Presiden Trump mengumumkan tarif baru hingga 50% pada berbagai barang impor dari beberapa negara, termasuk tarif 34% tambahan pada produk dari Tiongkok. Langkah ini bertujuan untuk melindungi industri domestik dan mengurangi defisit perdagangan. Sebagai balasan, Tiongkok memberlakukan tarif serupa sebesar 34% pada barang-barang AS dan membatasi ekspor rare earth, yang semakin meningkatkan ketegangan perdagangan antara kedua negara.
Reaksi Pasar Saham
Pengumuman tarif ini menyebabkan gejolak signifikan di pasar keuangan global. Indeks S&P 500 turun 9% dalam satu minggu, penurunan terbesar sejak pandemi COVID-19. Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok lebih dari 1.600 poin, sementara Nasdaq Composite turun 6%, menandakan masuknya ke pasar bearish.

Kekhawatiran Ekonomi
Para ekonom memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang ini dapat mendorong AS ke dalam resesi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Kenaikan tarif diperkirakan akan meningkatkan biaya produksi dan harga konsumen, yang dapat menyebabkan inflasi dan penurunan daya beli masyarakat.
Tanggapan Internasional
Negara-negara lain juga menyatakan keprihatinan mereka. Perdana Menteri Inggris dan Australia mengadakan pembicaraan darurat untuk membahas respons terhadap kebijakan tarif AS, sementara Uni Eropa mempertimbangkan langkah-langkah balasan untuk melindungi kepentingan ekonominya.
Kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh pemerintahan Trump telah menimbulkan ketidakpastian signifikan di pasar global. Pelaku pasar dan pembuat kebijakan kini menunggu langkah selanjutnya dari AS dan mitra dagangnya, dengan harapan dapat meredakan ketegangan dan menghindari dampak negatif lebih lanjut terhadap perekonomian global.