Pada Rabu, 9 April 2025, pasar saham Amerika Serikat mengalami lonjakan signifikan setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penundaan tarif selama 90 hari untuk sebagian besar negara, kecuali China. Langkah ini memberikan kelegaan bagi investor yang sebelumnya khawatir akan dampak perang dagang terhadap ekonomi global.

Presiden Trump mengumumkan penundaan tarif selama 90 hari untuk lebih dari 75 negara yang tidak memberlakukan tindakan balasan terhadap tarif AS. Selama periode ini, tarif diturunkan menjadi 10%. Namun, tarif untuk impor dari China dinaikkan secara signifikan menjadi 125%, dengan alasan kurangnya penghormatan China terhadap pasar global.
Pengumuman ini memicu lonjakan tajam di pasar saham AS:
- Dow Jones Industrial Average melonjak 2.962,86 poin (7,9%) ke rekor tertinggi 40.608,45, mencatatkan kenaikan poin terbesar dalam sejarah.
- S&P 500 naik 9,5%, kenaikan harian terbesar sejak 2008.
- Nasdaq Composite mengalami lonjakan lebih dari 12%, menandai hari terbaiknya dalam 24 tahun terakhir.
Analisis dan Tanggapan
Langkah Presiden Trump dipandang sebagai upaya strategis untuk memaksimalkan leverage negosiasi dengan lebih dari 75 negara. Meskipun demikian, peningkatan tarif terhadap China menjadi 125% menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut dalam hubungan dagang antara kedua negara. Para analis mencatat bahwa sementara pasar saham merespons positif, ketegangan yang meningkat dengan China dapat mempengaruhi pasar mata uang dan obligasi.
Reaksi dari Kongres
Di Kongres, keputusan Presiden Trump memicu beragam reaksi. Sebagian besar anggota Partai Republik menyambut baik penundaan tarif, melihatnya sebagai langkah positif bagi stabilitas ekonomi. Namun, beberapa anggota Partai Demokrat mengkritik keputusan tersebut sebagai tidak konsisten dan berpotensi bermotif politik menjelang pemilu mendatang.
Penundaan tarif selama 90 hari oleh Presiden Trump memberikan dorongan signifikan bagi pasar saham AS dan menawarkan kelegaan sementara bagi investor. Namun, peningkatan tarif terhadap China dan potensi dampaknya terhadap hubungan dagang global tetap menjadi perhatian utama bagi para pelaku pasar dan pembuat kebijakan.