Denpasar, DetikBisnis.com – Industri pelayanan atau hospitality menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi dinamika global yang terus berubah. Pelaku di sektor ini secara konsisten membangun budaya adaptif demi bertahan dan tumbuh dalam iklim ekonomi yang tidak menentu.
Memasuki 2024, performa industri ini mulai mendekati kondisi sebelum pandemi. Indikator seperti okupansi kamar, rata-rata tarif harian, hingga margin keuntungan menunjukkan tren positif. Berdasarkan laporan dari EHL Hospitality Business School, nilai pasar sektor hospitality global pada tahun tersebut mencapai 4,9 triliun dolar AS, berkontribusi sebesar 10 persen terhadap PDB dunia.
Mobilitas wisatawan pun kembali menggeliat. Dalam sembilan bulan pertama 2024, lebih dari 1,1 miliar orang tercatat melakukan perjalanan internasional—naik 11 persen dibanding tahun sebelumnya. Tren ini didorong oleh generasi baru pelancong digital, termasuk keluarga yang dipengaruhi generasi alfa.
Assistant Professor Meng-Mei Maggie Chen dari EHL menekankan pentingnya pendekatan “people-centric” dalam pelayanan masa kini, mengedepankan koneksi sosial dan interaksi manusia. Industri ini kini mempekerjakan lebih dari 330 juta tenaga kerja di seluruh dunia.
Seiring adopsi teknologi, sistem manajemen sumber daya manusia juga berkembang. Perusahaan mulai mengandalkan AI untuk penempatan posisi secara lebih tepat, efisien, dan manusiawi. Selain itu, isu kesejahteraan mental dan fleksibilitas kerja mendapat perhatian lebih demi retensi karyawan.
Tak terkecuali perkembangan kecerdasan buatan (AI) dalam operasional hotel. Teknologi kini mendukung pengalaman tamu yang lebih personal dan efisien, berkat prediksi kebutuhan melalui machine learning, menurut Associate Professor Philippe Masset dari EHL.
Di Indonesia, RedDoorz menjadi contoh bagaimana pelaku industri lokal bangkit pasca-pandemi. Dengan lebih dari 3.600 mitra di 190 kota, dan 800 properti di Filipina, RedDoorz memanfaatkan teknologi seperti check-in tanpa kontak, chatbot, hingga AI untuk analisis okupansi.
Vice President Human Resources RedDoorz, Yona Aldila Pratama, menyebut tantangan terbesar adalah memadukan empati manusia dengan teknologi AI. Selain itu, keterbatasan infrastruktur dan kebutuhan akan talenta multiskill menjadi perhatian utama di lapangan.
RedDoorz kini aktif mencari kandidat yang adaptif, cakap secara digital, dan memiliki empati tinggi. Tidak hanya mengandalkan job fair, mereka juga bermitra dengan kampus dan menggunakan platform digital untuk menemukan dan mempertahankan talenta terbaik.
Di tengah tren PHK global, sektor hospitality justru membuka peluang kerja. AHLA memprediksi pertumbuhan lapangan kerja di sektor ini akan berlanjut pada 2025, seiring kompetisi antar hotel yang memicu peningkatan kesejahteraan pekerja.
Meski ekonomi dunia penuh tantangan, industri perhotelan justru membuktikan diri sebagai ladang peluang. Dengan kesiapan bertransformasi, sektor ini menunjukkan bahwa optimisme tetap hidup—selama pelakunya mau beradaptasi.