Tegal, DetikBisnis.com – Suasana pagi di ruang produksi batik Desa Bengle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, tampak hangat. Tujuh ibu paruh baya duduk melingkar, fokus mencanting malam ke kain putih, menorehkan motif batik satu demi satu. Namun, di balik semangat para perajin ini, ada sosok muda yang menjadi motor penggerak pemasaran dan inovasi—Nurul Istiqomah, 24 tahun.
Nurul, generasi ketiga dari usaha batik Batik Nur Elza, kini memegang kendali bisnis keluarga yang dirintis sejak 1990-an oleh sang nenek dan ibu, Badriyah. Sementara sang ibu masih mengurus produksi, Nurul fokus memperluas pasar dan mengembangkan desain batik.
Lulusan Manajemen Ekonomi Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini mengatakan bahwa usaha batiknya mulai berkembang pesat pasca-2007. Konsistensi mereka dalam menghadirkan motif-motif baru menjadi kunci mempertahankan pelanggan. “Inovasi itu wajib, karena kalau tidak, pelanggan bisa pindah ke tempat lain,” ungkapnya.
Meski pemasarannya terus tumbuh, Nurul tak menampik adanya tantangan sebagai Gen Z di sektor ini, terutama dalam hal regenerasi pembatik. Sebagian besar dari 20 karyawan yang dimilikinya adalah warga desa sekitar dan berasal dari generasi yang lebih tua. Ketertarikan anak muda untuk membatik masih rendah. “Banyak yang lebih memilih kerja kantoran atau di pabrik,” katanya.
Untuk menyesuaikan dengan selera pasar muda, Nurul menghadirkan motif kekinian yang tetap mencerminkan budaya lokal. Ia menciptakan motif batik seperti poci dan tahu aci—kuliner khas Tegal—yang kini jadi andalan. Produksinya pun bervariasi: batik tulis, batik cap, hingga batik ciprat, dengan volume yang terus meningkat tiap bulan.
Pemasaran produk tak hanya mengandalkan toko fisik. Sejak mengikuti program BRIIncubator pada 2024, Nurul memanfaatkan marketplace serta live streaming di TikTok dan Shopee. Strategi ini terbukti efektif dalam menarik minat Gen Z yang lebih menyukai produk batik dalam bentuk jadi seperti baju. Awalnya hanya untuk promosi, namun kini penjualan online pun mulai tumbuh signifikan.
“Live awalnya cuma buat perkenalan produk batik Tegal, tapi sekarang alhamdulillah sudah mulai menghasilkan,” katanya. Nurul juga mengaku sangat terbantu dengan pelatihan yang diberikan, mulai dari desain produk hingga cara pitching di pameran.
Salah satu pelanggan, Rifa (25), merasa puas membeli batik ciprat dari Batik Nur Elza. Menurutnya, desainnya cerah dan cocok untuk anak muda. “Warnanya bagus, bahannya adem, cocok buat sehari-hari,” katanya.
Dengan semangat dan pendekatan modern, Nurul telah membuktikan bahwa batik bukan sekadar warisan, tapi juga bisa menjadi peluang usaha berkelanjutan di tangan generasi muda.