Kediri, DetikBisnis.com – Pepatah “limbah menjadi berkah” menjadi nyata dalam kisah Yuli Wantoro, warga Desa Besuk, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Sejak 2018, Yuli konsisten mengolah sabut kelapa—yang kerap dianggap limbah—menjadi aneka kerajinan bernilai jual tinggi lewat brand Kawoel’s. Kini, produknya menembus pasar luar negeri.
Awalnya, Yuli memanfaatkan sapu sepet, limbah dari sabut kelapa yang banyak terbuang. Ia mendapat bahan baku dari Blitar, wilayah dengan sabut kelapa berkualitas. Dari tangan terampilnya lahirlah pot tanaman, rambatan tanaman, tali tambang, hingga dekorasi rumah. Proses produksinya menggabungkan teknologi mesin dan pengerjaan manual. Tali dibuat dengan mesin, sedangkan produk kerajinan lain dikerjakan langsung oleh para pengrajin.
Belajar secara mandiri melalui YouTube dan Pinterest, Yuli mulai memasarkan produknya ke kota-kota seperti Blitar, Malang, dan berbagai wilayah di Jawa Tengah. Tak hanya domestik, produk Kawoel’s kini diekspor ke Taiwan, Korea Selatan, dan negara lainnya melalui kerja sama dengan eksportir. Pendapatannya kini menyentuh angka Rp20 juta per bulan.
Permintaan meningkat tajam sejak pandemi COVID-19 di akhir 2019, saat tren berkebun di rumah mulai naik daun. Momentum tersebut dimanfaatkan Yuli untuk memperluas jangkauan pasarnya hingga ke luar negeri.
Ciptakan Lapangan Kerja Baru
Kesuksesan usaha Yuli juga berdampak positif bagi warga sekitar. Ia kini mempekerjakan sekitar 15 orang yang mendapatkan penghasilan harian Rp50 ribu hingga Rp70 ribu. Hingga saat ini, ia telah mengembangkan lebih dari 12 jenis kerajinan berbahan dasar sabut kelapa. Bahkan, Kawoel’s menerima pesanan desain khusus sesuai permintaan pelanggan, dengan minimal pemesanan 1.000 hingga 2.000 unit.
Dengan semangat inovatif, kerja keras, dan kemauan untuk terus belajar, Yuli Wantoro membuktikan bahwa limbah pun bisa menjadi sumber rezeki sekaligus membuka peluang ekonomi yang berkelanjutan.