Muara Enim, DetikBisnis.com — Tonidi, warga Desa Seleman, kini menekuni usaha ternak burung puyuh bersama sepuluh orang sahabatnya. Usaha ini dimulai sejak April 2024, setelah mereka mendirikan Kelompok Bangsal Pematang, dengan bantuan dari perusahaan energi Bukit Asam.
Sebelumnya, Tonidi bekerja sebagai tukang las di area pertambangan ilegal yang banyak ditemukan di sekitar desanya. Namun rasa tidak tenang dan risiko keselamatan membuatnya sadar bahwa ia butuh jalan hidup yang lebih baik.
“Kami dulu kerja di tambang ilegal, tapi hidup terus dihantui ketakutan. Akhirnya kami putuskan berhenti dan mencari cara baru untuk bertahan,” ujar Tonidi.
Langkah baru itu dimulai dengan bimbingan dan bantuan dari Bukit Asam, yang memberikan pelatihan, indukan burung puyuh, kandang, pakan, hingga instalasi minum otomatis. Mereka bahkan dibantu pasokan energi dari pembangkit listrik tenaga surya mini.
Kini, lebih dari 3.000 ekor puyuh siap bertelur setiap hari. Produksi telur bisa mencapai 27 kilogram per hari dan menghasilkan omzet sekitar tiga puluh juta rupiah setiap bulannya. Hasil panen dijual ke masyarakat sekitar, pasar tradisional, dan juga disalurkan ke program perusahaan untuk membantu penanganan gizi anak-anak.
Tak hanya itu, kotoran burung puyuh pun dimanfaatkan menjadi pupuk dan dipasok ke kelompok lain yang bergerak di bidang pembibitan tanaman.
“Jadi tidak ada yang terbuang. Kami kerja sama dengan kelompok pembibitan untuk menyuplai kotoran puyuh sebagai pupuk organik,” tambah Tonidi.
Program peternakan ini merupakan bagian dari upaya Bukit Asam dalam mengangkat perekonomian desa melalui program khusus untuk masyarakat yang ingin meninggalkan pekerjaan berisiko tinggi. Fokus utamanya adalah menciptakan lapangan kerja baru yang berkelanjutan dan mendukung ketahanan pangan nasional.
“Dengan semangat energi yang tak pernah padam, kami ingin Desa Seleman menjadi contoh bagaimana sebuah komunitas bisa bangkit dan tumbuh melalui inovasi dan kemitraan,” ujar Dedy Saptaria Rosa dari Bukit Asam.