Jakarta, DetikBisnis.com – Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil singkong terbesar di dunia. Pada tahun 2023, produksi singkong nasional mencapai 18,3 juta ton. Stok singkong yang melimpah ini terlihat jelas di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, dengan omzet miliaran rupiah dalam setahun.
Shodiq, pedagang singkong di pasar tersebut, mendatangkan sekitar 60 ton singkong per hari dari Lampung dan Sukabumi. Singkong dijual secara grosir maupun eceran dengan harga Rp 2.800 hingga Rp 3.000 per kilogram. “Pembeli di sini dari Jabodetabek, ibarat pakaian di Tanah Abang, di sini bisa eceran dan grosiran,” ujar Shodiq, Kamis (25/2/2025).
Berkat meningkatnya usaha camilan berbahan dasar singkong, omzet Shodiq dalam setahun bisa mencapai Rp 3,6 miliar. “Omzet nggak bisa diprediksi, saya hitung keuntungan setahun dari Lebaran ke Lebaran Rp 3,6 miliar,” lanjutnya.
Nama Shodiq kini terkenal di kalangan petani singkong karena keberaniannya berspekulasi dalam membeli hasil panen. Ia kerap dipercaya petani baru karena reputasinya dalam pembayaran yang lancar. “Dulunya kita merintis dari kuping ke kuping. Kalau yakin, kasih saja duitnya, nanti dari mulut ke mulut mereka tahu kita amanah,” kenang Shodiq.
Namun, spekulasi juga sempat membuatnya merugi ratusan juta akibat ditipu petani nakal. Meski begitu, ia tetap berpegang pada prinsip bahwa rezeki tidak akan tertukar.
Sudah 27 tahun berkecimpung di dunia singkong, Shodiq memahami berbagai tantangan, seperti kendala pengiriman akibat ombak tinggi di akhir tahun dan musim kemarau yang menghambat produksi. Dulu, Shodiq hanyalah buruh bongkar muat di Pasar Induk dengan gaji Rp 2.500. Uang tersebut dikumpulkan hingga bisa berjualan singkong dengan modal Rp 1 juta. Kini, ia mengelola enam truk besar dan mempekerjakan 27 orang.
Pria asal Demak itu mengenang masa sulit saat pertama merantau ke Jakarta. “Saya berhentiin angkot aja, angkotnya nggak mau berhenti, dikira saya orang gila,” cerita Shodiq.
Berkat usaha keras, Shodiq kini mengembangkan usaha ke ternak ayam, bengkel, hingga penyewaan lapak. Ia juga aktif membantu pembangunan rumah ibadah dan rutin memberangkatkan keluarga untuk umrah.
Dalam perjalanan bisnisnya, Shodiq sempat kesulitan mengakses layanan perbankan karena tidak lulus SD. Ia bahkan mempekerjakan orang khusus untuk melakukan transfer. Namun, setelah diperkenalkan dengan aplikasi BRIMO oleh BRI, ia kini bertransaksi secara digital untuk keperluan besar seperti membeli tanah, rumah, hingga mobil. “Sekarang beli rumah, mobil, tanah semua lewat BRIMO. Nggak pernah bawa uang cash lagi,” ungkap Shodiq.
Inisiatif digitalisasi pasar dari BRI pada 2024-2025 membantu pedagang seperti Shodiq beradaptasi dengan ekosistem digital. Pimpinan Cabang BRI Kramat Jati, Indra Bayu Wira Permana, menegaskan bahwa edukasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi di pasar tradisional. “Pendekatan ini disambut baik karena pedagang merasa dimudahkan bertransaksi dan mendapatkan akses layanan perbankan yang praktis,” ujar Indra.