Sidoarjo, DetikBisnis.com – Berawal dari pekerjaan sampingan, Ayok Susanto (48) kini berhasil mengubah usaha jual beli bambu menjadi sumber penghasilan tambahan yang menjanjikan. Di halaman rumahnya di Jalan Letjen Sutoyo, Bungurasih, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Ayok setiap hari sibuk membelah bambu yang akan dijual untuk berbagai keperluan, mulai dari amben hingga penyangga bangunan.
Meski pekerjaan utamanya adalah sekuriti di dealer mobil Cahaya Abadi Mobil, Ayok sudah menggeluti bisnis bambu sejak tahun 2000. Awalnya, ia hanya ikut-ikutan tetangganya yang lebih dulu membuka usaha serupa. Melihat potensi pasar yang besar, Ayok memberanikan diri menekuni bisnis ini secara serius.
Ia mendatangkan bambu dari Gresik dengan sistem pembayaran cicilan. “Kalau satu truk harganya Rp 5 juta, kita bayar Rp 3 juta dulu, sisanya setelah bambunya laku,” jelas Ayok saat berbincang dengan DetikBisnis.
Puncak kejayaan bisnis bambu di Bungurasih terjadi pada periode 2000-2007, saat bambu masih menjadi bahan utama penyangga proyek bangunan. Namun, sejak munculnya scaffolding yang lebih modern, permintaan bambu perlahan menurun. Meski begitu, Ayok tetap bertahan. Saat ini, dalam kondisi sepi, omzetnya masih berkisar Rp 3 juta per bulan, dan saat ramai seperti bulan Agustus, ia bisa meraup hingga Rp 50 juta.
Untuk menyesuaikan diri dengan pasar, Ayok juga memperluas jenis produk jualannya, seperti amben bambu dengan harga Rp 250 ribu–Rp 400 ribu, serta bendera musiman saat Hari Kemerdekaan. Modal tambahan untuk diversifikasi usahanya ini ia dapatkan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI Unit Bungurasih.
Menurut Mantri BRI, Gilar Maulana, Ayok adalah salah satu nasabah lama yang memanfaatkan fasilitas KUR. “Pak Ayok waktu itu pinjam Rp 25 juta untuk modal jualan bendera dan kerajinan bambu,” ujarnya.
Berkat ketekunannya, Ayok membuktikan bahwa usaha sampingan pun bisa menjadi ladang rezeki yang menggiurkan jika ditekuni dengan serius.