Mojokerto, DetikBisnis.com – Ketekunan Maria Ulfa, warga Kelurahan Meri, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto, dalam mengembangkan usaha minuman tradisional membuahkan hasil manis. Berawal dari membantu bisnis STMJ milik suaminya yang dirintis sejak 1985, kini ia berhasil memodifikasi produk menjadi versi instan yang laris manis di pasaran, menghasilkan omzet hingga Rp20 juta tiap bulan.
Maria mulai aktif mengembangkan usaha pada 2010 dengan memproduksi sirup tradisional seperti jahe, temulawak, dan kunyit asam. Namun, karena kendala pengiriman botol kaca yang berat dan mudah pecah, ia berinovasi membuat versi instan. Produk seperti jahe merah, temulawak, kopi rempah, wedang uwuh, hingga teh daun Afrika pun lahir dari dapurnya.
Sejak 2012, minuman instan produksinya menyebar hingga ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Sumatera, hingga wilayah Indonesia Timur. Ia aktif mengikuti pameran bersama Diskopukmperindag Mojokerto dan mulai memasarkan secara online sejak era WhatsApp populer sekitar tahun 2015.
Maria menekankan pentingnya kebersihan dan efisiensi produksi. Bahan-bahan dikeringkan menggunakan microwave agar lebih higienis dibanding hanya mengandalkan sinar matahari. Misalnya, proses pengeringan jahe bisa memakan waktu hingga empat hari.
Puncak permintaan terjadi saat pandemi Covid-19, ketika masyarakat mencari minuman berkhasiat seperti jahe merah dan temulawak untuk menjaga imunitas. Meski kini produksi menurun, Maria tetap menjalankan usahanya bersama empat karyawan.
Produk-produknya dijual dalam berbagai kemasan, mulai dari pouch 100 gram seharga Rp16 ribu hingga box isi lima sachet seharga Rp18 ribu. Selain itu, usaha STMJ yang dirintis suaminya kini telah memiliki 15 cabang di berbagai daerah.
Usaha Maria menjadi salah satu dari 27.939 UMKM yang didampingi oleh Diskopukmperindag Mojokerto. Kepala dinas, Ani Wijaya, menyebutkan bahwa sektor kuliner seperti STMJ dan jahe merah buatan Maria termasuk prioritas dalam pembinaan UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.