Jakarta, DetikBisnis.com – Martha Tilaar, tokoh ikonik dalam industri kecantikan Indonesia, lahir di Kebumen, Jawa Tengah, pada 4 September 1937. Perempuan yang memiliki nama asli Martha Handana ini merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Sejak kecil, Martha bercita-cita menjadi guru, hingga akhirnya menyelesaikan pendidikan sarjananya di jurusan Sejarah IKIP Jakarta (sekarang UNJ). Ia sempat mengajar di SD Santa Theresia selama dua tahun dan kemudian melanjutkan kariernya di almamater selama tiga tahun.
Setelah menikah dengan Henry Alex Rudolf Tilaar, ia mendampingi sang suami menempuh studi di Amerika Serikat. Di sanalah muncul tekadnya untuk membuka salon kecantikan sepulang ke Indonesia. Dengan modal terbatas, ia pun mewujudkan mimpinya pada 1970 dengan membuka salon kecil di garasi rumah ayahnya, berukuran hanya 4×6 meter.
Enam bulan berselang, usahanya berkembang pesat hingga bisa pindah ke tempat yang lebih luas. Pada 1972, ia membuka salon kedua di Cipete, Jakarta Selatan, yang menjadi titik awal pengenalan perawatan kecantikan berbasis ramuan tradisional dan tanaman herbal khas Indonesia.
Keinginannya untuk memperdalam ilmu membuat Martha terbang ke Eropa dan belajar dari dua perusahaan kosmetik ternama: Yves Rocher di Prancis dan Hartleben di Jerman. Sekembalinya ke Tanah Air, ia mendirikan Martha Griya Salon dan memperkenalkan perawatan alami yang menjadi ciri khas produknya hingga kini.
Produk kosmetik lokal andalannya, Sariayu Martha Tilaar, diluncurkan melalui kerja sama dengan Kalbe Farma lewat perusahaan PT Martina Berto. Hanya dua tahun setelah didirikan, perusahaan ini mendapatkan penghargaan bergengsi dari The First Asian Beauty Congress and Exhibition di Singapura.
Tahun 1983, Martha memperluas bisnisnya dengan mendirikan PT Sari Ayu Indonesia, yang fokus pada distribusi produk-produk kecantikan. Tiga tahun kemudian, ia membuka pabrik kedua di kawasan industri Pulogadung. Produk-produknya berkembang pesat hingga mencakup kosmetik, perawatan tubuh, spa, dan jamu yang kini dikenal di berbagai negara.
Langkah besar lainnya datang pada 1999, ketika Martha mengambil alih seluruh saham PT Martina Berto dan melakukan konsolidasi bisnis di bawah bendera Martha Tilaar Group. Komitmennya terhadap nilai-nilai etis dan keberlanjutan pun mendapat pengakuan: pada 2002, perusahaannya diganjar penghargaan atas kepatuhan terhadap 10 prinsip Global Compact PBB, termasuk perlindungan hak pekerja.
Keberhasilan Martha tidak berhenti di situ. Salah satu perusahaannya, PT Martina Berto, mencatat omzet sebesar Rp418,53 miliar pada tahun 2023—naik 16% dibanding tahun sebelumnya. Laba brutonya pun menyentuh angka Rp145,79 miliar, membuktikan bahwa bisnis yang dimulai dari sebuah garasi kecil kini menjadi raksasa industri kecantikan nasional.