Baturaja, DetikBisnis.com – Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), tanaman kopi tidak sekadar dijadikan bahan baku bubuk minuman, melainkan juga sebagai tanaman konservatif yang mendukung ekosistem. Pada 2023, karet masih menjadi komoditas utama di wilayah ini, mencatat produksi sebesar 15.395 ton, meningkat signifikan setelah pandemi COVID-19. Namun, harga normal getah karet yang berkisar Rp13.000 per kilogram masih belum mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga petani.
Meski menduduki posisi kelima dalam produksi kopi di Sumatera Selatan—provinsi dengan lahan perkebunan kopi terluas di Indonesia—OKU tak tinggal diam. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten OKU, total luas perkebunan kopi mencapai 22.099 hektare dengan produksi tahunan mencapai 20.665 ton biji kering dan jumlah petani lebih dari 20.000 orang. Wilayah budidaya utamanya tersebar di Pengandonan, Ulu Ogan, Muara Jaya, Lengkiti, dan Sosoh Buay Rayap, dengan jenis kopi Robusta yang mendominasi.
Namun, sejak beberapa tahun terakhir, OKU mulai melirik kopi Liberika sebagai alternatif budidaya. Pakar kopi dari BRIN, Sidiq Hanapi SP MSc, menyebut bahwa sistem tumpang sari antara kopi Liberika dan tanaman karet telah mulai diterapkan oleh petani di sejumlah desa seperti Penilikan dan Lekis Rejo. Pola agroforestri ini tidak hanya memaksimalkan lahan, tetapi juga meningkatkan hasil dan pendapatan petani.
Sidiq menjelaskan bahwa kopi Liberika, meskipun belum sepopuler Robusta atau Arabika, memiliki nilai ekonomi tinggi dan manfaat ekologis. Kopi ini tangguh terhadap hama, cocok untuk dataran rendah, dan bisa tumbuh tinggi hingga 12 meter. Ciri khasnya antara lain buah besar, daun hijau kecokelatan, dan biji berbentuk oval panjang.
Klon unggulan untuk budidaya di Indonesia adalah Liberika Tungkal Komposit dari Jambi dan varietas Liberoid Meranti 1 dan 2 dari Riau. Berdasarkan penelitian tahun 2022, terdapat lima tipe morfologi berbeda dari tanaman Liberika, yang membedakannya dari segi ukuran daun, bentuk dan kerapatan buah, serta karakteristik pertumbuhan lainnya.
Dengan potensi tersebut, kopi Liberika menjadi harapan baru bagi petani OKU untuk meningkatkan pendapatan, mengurangi ketergantungan pada karet, dan menciptakan praktik pertanian yang berkelanjutan.
Informasi Pakar: Sidiq Hanafi, S.P., M.Sc., Pakar Kopi Sumsel, Periset di Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkular, Badan Riset dan Inovasi Nasional.