EDITORIAL, DetikBisnis.com – Peringatan Hari Kartini tidak cukup hanya dengan mengenakan kebaya atau mengenang sejarah perjuangan emansipasi. Lebih dari itu, ini adalah saatnya kita meninjau kembali sejauh mana perempuan Indonesia telah mendapatkan peran yang setara, terutama dalam ranah ekonomi.
Dalam hal ini, peran pelaku UMKM perempuan menjadi sangat krusial. Mereka adalah Kartini modern—penggerak ekonomi rumah tangga dan bangsa. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, perempuan menguasai lebih dari 64% sektor UMKM di Indonesia, yang berarti ada sekitar 37 juta perempuan aktif menjalankan usaha, dari pedagang kuliner rumahan, pengrajin, pemilik bisnis daring, hingga pegiat sosial ekonomi di pedesaan.
Peran mereka melampaui pencari penghasilan. Mereka juga adalah pencipta lapangan kerja, pelestari kearifan lokal, dan pionir dalam pembangunan ekonomi berbasis komunitas. Ketangguhan mereka pun telah teruji—terutama saat pandemi, ketika banyak pelaku UMKM perempuan tetap bertahan dan bahkan berinovasi demi menopang ekonomi keluarga.
Sayangnya, kekuatan ini belum sepenuhnya didukung oleh ekosistem yang memadai. Akses modal yang terbatas, literasi digital dan keuangan yang masih rendah, serta beban ganda sebagai pengelola rumah tangga menjadi tantangan nyata.
Oleh sebab itu, negara harus mengambil peran yang lebih aktif, tidak hanya sebagai pendukung, tapi juga sebagai katalisator perubahan. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, perlu memperkuat program-program yang benar-benar berpihak pada UMKM perempuan—mulai dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa jaminan, pelatihan digital, dukungan legalitas, hingga perluasan pasar berbasis digital.
Untuk mendorong UMKM perempuan naik kelas, penguasaan teknologi digital menjadi kunci utama. Dengan keterampilan yang tepat—dari manajemen keuangan digital, promosi melalui media sosial, hingga desain kemasan produk—mereka akan mampu bersaing di pasar domestik dan global.
Pemberdayaan ini bukan sekadar mendongkrak ekonomi, melainkan juga memberdayakan keluarga dan komunitas secara menyeluruh. Momentum Hari Kartini harus menjadi pengingat bahwa semangat Kartini tidak berhenti di masa lalu. Kini, Kartini hadir di jutaan perempuan yang dengan tekun membangun ekonomi dari rumah dan menjangkau dunia.
Jika dulu Kartini memperjuangkan pendidikan, maka kini Kartini masa kini memperjuangkan kemandirian ekonomi. Maka dari itu, sudah waktunya negara hadir—bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk mendukung dan mengangkat para perempuan luar biasa ini ke panggung utama pembangunan bangsa.