Jakarta, DetikBisnis.com – Ketika Presiden AS Donald Trump menyuarakan kritik terhadap QRIS sebagai bagian dari tekanannya terhadap Indonesia, banyak yang bertanya-tanya: apa yang membuat sistem pembayaran digital lokal ini jadi sorotan? Jawabannya, QRIS bukan hanya alat transaksi, tapi bagian penting strategi ekonomi Indonesia di tengah tantangan global.
QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) hadir sebagai solusi inklusi keuangan, terutama bagi UMKM yang mendominasi perekonomian Indonesia. Dengan satu kode QR untuk semua aplikasi pembayaran, pedagang kecil kini tak perlu terbebani biaya EDC yang tinggi. Hasilnya, akses layanan keuangan makin luas dan efisien.

Hingga pertengahan 2024, QRIS telah digunakan oleh lebih dari 50 juta pengguna dan 32,7 juta pedagang. Pertumbuhannya luar biasa, mendorong inklusi keuangan dari 59,7% di 2019 menjadi 88,7% pada 2024. Transaksi QRIS pun melonjak 170,1% secara tahunan, berkontribusi signifikan terhadap 3,5 miliar transaksi digital yang tercatat pada Februari 2025.
Namun, di balik kesuksesan domestik itu, Amerika Serikat menilai QRIS sebagai ancaman bagi perusahaan pembayaran asing. Dalam laporan NTE 2025, AS menyayangkan tidak dilibatkannya perusahaan seperti Visa dan Mastercard dalam kebijakan QRIS. Namun bagi Indonesia, QRIS adalah simbol kedaulatan ekonomi digital yang melindungi pelaku usaha lokal dari dominasi asing.
Isu QRIS pun menjadi bagian dari diskusi diplomatik yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto ke Washington DC, seiring upaya Indonesia menghadapi rencana tarif ekspor dari Trump. Delegasi Indonesia membawa pesan bahwa QRIS bukanlah bentuk eksklusivitas, melainkan sistem terbuka untuk kolaborasi internasional.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menegaskan, Indonesia siap bekerja sama dengan negara lain soal sistem pembayaran digital. Implementasi QRIS lintas negara telah dimulai, termasuk dengan Malaysia, Thailand, dan Singapura, serta menjajaki kerja sama dengan Korea Selatan, India, hingga kawasan Timur Tengah.
QRIS tidak hanya memperkuat ekonomi domestik di tengah tekanan global, tetapi juga berperan dalam digitalisasi sektor publik seperti transportasi dan pendidikan. Dengan teknologi QRIS NFC yang memungkinkan pembayaran tanpa scan kode, transformasi digital kian nyata dan cepat.
Justru dengan adanya kritik Trump, Indonesia memiliki peluang emas untuk menunjukkan bahwa QRIS lebih dari alat transaksi. Ia adalah simbol kemandirian ekonomi, inovasi digital, dan kolaborasi global yang saling menguntungkan.
QRIS kini berdiri sebagai pondasi kuat ketahanan ekonomi nasional, mengurangi ketergantungan pada sistem luar, dan membuka ruang diplomasi baru berbasis teknologi finansial.