Pangandaran, DetikBisnis.com – Siapa sangka seafood bisa disulap menjadi camilan praktis? Vania, perempuan 29 tahun asal Pangandaran, membuktikannya lewat produk inovatif bernama Cupa-cupa. Sejak kuliah di jurusan kewirausahaan, Vania sudah menunjukkan semangat bisnisnya. Pada tahun 2014, sebuah tugas kuliah menantangnya untuk merintis usaha kecil yang harus balik modal, dan dari situlah cikal bakal Cupa-cupa lahir.
Vania terinspirasi dari masa kecilnya yang sulit makan tanpa camilan kerupuk aci. Demi asupan gizi yang lebih baik, ibunya membuatkan cumi krispi sebagai alternatif. Memori itulah yang kelak ia kembangkan menjadi ide snack seafood dengan berbagai varian rasa seperti udang, kepiting, dan cumi.
Awalnya, Vania memasarkan produknya secara sederhana ke lingkungan terdekat—teman, keluarga, dan rekan kuliah. Namun, setelah lulus, ia mulai serius merebranding produknya dengan kemasan lebih menarik pada 2017. Kini, di bawah PT Cupa Cupa Indonesia, usaha ini telah menjangkau 50 gerai di berbagai kota dengan kapasitas produksi 3.700 bungkus per bulan.
Meski mengalami pukulan saat pandemi karena sebagian besar model bisnisnya berbasis B2B dan banyak gerai tutup, Vania terus bertahan dan bangkit. Saat ini, produk Cupa-cupa hadir dalam 12 varian rasa dan telah merambah 86 gerai retail di seluruh Indonesia. Vania berharap produknya dapat mengubah stigma bahwa seafood itu mahal dan rumit disajikan. Lewat snack ini, konsumen bisa menikmati seafood dengan praktis dan terjangkau.
Dari segi omzet, Cupa-cupa menghasilkan pendapatan bersih antara Rp15 juta hingga Rp30 juta setiap bulan. Penjualan juga dipermudah lewat sistem transaksi digital seperti transfer bank dan QRIS, yang memudahkan proses pembayaran tanpa uang kembalian.
Mendukung hal tersebut, Regional CEO BRI Bandung, Sadmiadi, menegaskan bahwa kehadiran QRIS sangat membantu pelaku UMKM dalam menyediakan opsi pembayaran yang efisien, cukup dengan satu kode QR untuk berbagai sumber dana.