Semarang, DetikBisnis.com – Berawal dari masa sulit setelah suaminya harus pensiun dini pada 2009, Jeni Hartati tak menyerah terhadap keadaan. Meski sudah menjalankan toko kelontong dan usaha fotokopi, kebutuhan biaya pendidikan untuk ketiga anaknya menuntut Jeni mencari jalan baru. Terinspirasi dari keripik tempe buatan ibunya yang sering dibagikan kepada keluarga, Jeni akhirnya memutuskan untuk mencoba memproduksi dan menjual keripik tempe dengan konsep berbeda.
Dengan mengusung ide keripik tempe tipis tanpa balutan tepung tebal, Jeni mulai menitipkan produknya ke warung-warung kecil. Ia pun terus berinovasi dalam pengemasan dan akhirnya memilih menggunakan label untuk menjaga kualitas kesehatan produknya. Fokus pada konsep produk sehat, Jeni menggunakan minyak kelapa alih-alih minyak sawit, dengan target pasar kelas menengah ke atas. Langkah ini diambil karena biaya produksi makanan sehat memang lebih tinggi, sehingga produknya tidak dipasarkan secara luas di pasar tradisional.
Tak hanya berhenti pada keripik tempe, pada 2011 Jeni mengembangkan produk baru berupa keripik kentang. Dengan kerja keras dan konsistensinya, Jeni berhasil membangun ekonomi keluarganya. Ketiga anaknya kini telah sukses berkarier di berbagai bidang seperti IT, desain visual, dan arsitektur. Keripik tempe Kimilanqu dipasarkan seharga Rp 22 ribu, sementara keripik kentang dijual Rp 25 ribu, dan sudah tersedia di sejumlah toko oleh-oleh di Kota Semarang, Indomaret, hingga marketplace.
Perjalanan bisnis Jeni juga didukung oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ia mengambil pinjaman modal sebesar Rp 25 juta untuk membeli peralatan usaha. Jeni memilih KUR BRI karena administrasinya lebih ringan dan bunga pinjamannya lebih terjangkau. Meski banyak tawaran dari berbagai lembaga keuangan lain, ia tetap setia pada BRI karena sesuai dengan kebutuhannya.
Selain pinjaman modal, Jeni juga mendapat dukungan melalui Rumah BUMN Semarang milik BRI, tempat ia menerima berbagai fasilitas seperti sertifikasi halal gratis dan pelatihan UMKM. Pada 2022, Jeni berkesempatan mengikuti pameran BRILianpreneur di Jakarta, di mana produknya ludes terjual sebanyak 200 pcs.
Kepala Dinas Koperasi UMKM Kota Semarang, Margarita Mita Dewi Sopa, menekankan pentingnya peran perbankan dalam mendorong pertumbuhan UMKM. Menurutnya, program seperti KUR sangat dibutuhkan pelaku UMKM karena bunga pinjamannya rendah dan mudah diakses. Selain pinjaman, pendampingan dari berbagai stakeholder juga menjadi faktor kunci untuk meningkatkan daya saing UMKM di Indonesia.
Perjalanan Jeni Hartati membuktikan bahwa dengan inovasi, ketekunan, dan dukungan dari berbagai pihak, usaha kecil pun mampu membangun ekonomi keluarga dan membuka jalan menuju kesuksesan yang lebih besar.