Yogyakarta, DetikBisnis.com – Di balik gerobak sederhana di sisi barat Taman Monjali, Sleman, seorang pria muda tampak sibuk menyiapkan dagangan. Ia adalah Dika Widia Putra (28), lulusan S2 Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), yang kini menapaki jalan sebagai pedagang bakso. Namanya “Bakso Bang Uyo Jogja”, dan warung tersebut resmi beroperasi sejak dua bulan lalu.
Meski berbekal latar belakang akademik yang tinggi, Dika menjalani profesi barunya dengan penuh percaya diri dan tanpa rasa gengsi. Lahir dan besar di Jepara, dengan orang tua berdagang bakso, Dika melanjutkan pendidikan hingga magister di UGM atas dorongan orang tua yang ingin anaknya menempuh pendidikan tinggi.
Setelah sempat membantu usaha keluarga dan mencoba peruntungan sebagai CPNS dosen, Dika tak gentar saat gagal. Ia justru memilih “babat alas” di Yogyakarta, membuka usaha sendiri dari tabungan pribadi. Dengan modal di bawah Rp10 juta, ia menyewa kios murah dan peralatan bekas, termasuk gerobak sewa harian.
Tak hanya menjual bakso biasa, Dika melakukan riset dan menghadirkan bakso kotak sebagai menu andalan. Inovasi ini terinspirasi dari pengamatannya di Surabaya. Ia juga menyajikan varian lain seperti bakso tetelan dan bakso telur, dengan harga mulai dari Rp14 ribu.
Ilmu peternakan yang ia pelajari tak sia-sia. Dika menerapkan manajemen kualitas dalam pemilihan bahan baku, pengolahan, hingga menjaga konsistensi rasa. Ia pun menekankan pentingnya branding; nama “Bang Uyo” dipilih karena mudah diingat.
Pengalaman organisasi dan ekspedisi semasa kuliah menguatkan mentalnya dalam menghadapi dunia usaha. Ia percaya bahwa menurunkan ego dan menjaga konsistensi adalah kunci bertahan. Meskipun berjualan bakso, Dika tetap menyimpan impian menjadi dosen, seraya membangun usaha yang bisa membuka lapangan kerja.
“Jangan malu. Jangan gengsi. Lakukan yang kamu suka, dan konsistenlah,” pesan Dika, yang kini sudah mempekerjakan satu orang dan berencana memperluas usaha jika usahanya semakin stabil.